Popular Post

Posted by : Story Of Life Monday, April 20, 2015




"Tanpa sebuah kepercayaan, maka cinta hanya ibarat malam tanpa lampu"
"Tanpa sebuah kepercayaan, maka cinta hanya ibarat pagi tanpa matahari"

Waktu SMP gue mempunyai sahabat dekat bernama Ari. Gue sangat iri dengan dia yang memiliki wajah tampan, hati yang baik, ramah kepada setiap orang, lemah lembut, jago di bidang olahraga serta sangat populer di sekolah. Pantas saja banyak wanita yang naksir dengan sahabat gue ini. Tapi sayangnya Ari memiliki sifat pemalu, dia sering salah tingkat ketika berbicara langsung dengan cewek.  Oleh karena hal ini dia sudah lama menjomblo, sekitar 14 tahunan mungkin, bayangkan saja kawan. 

Hal ini sangat berbeda sekali dengan gue. Walaupun  bisa dibilang tak setampan atau seterkenal Ari, gue sangat lihai jika urusan wanita. Gue pandai membuat wanita nyaman, tak heran jika banyak wanita yang naksir gitu. Sebenarnya gue juga sempet kasian dengan nasib Ari , yah semoga nanti di SMA kisah asmaranya akan menjadi lebih baik daripada sekarang. Ari sering Tanya ke gue enak ya lo punya banyak cewek, gak kesepian, gak ngenes, selalu ada yang hibur. Ah tapi tak sebahagia itu juga kenyataanya, gue kadang juga sempet iri kepada Ari. Dengan tidak punya pacar dia bisa fokus ke bidang akademik maupun non akademik di sekolahnya. Tak heran bila dia selalu menjuarai liga basket antar SMP maupun selalu mendapatkan rangking 10 besar di kelasnya, sementara gue? Sangat jauh berbeda. Para wanita yang mendekati gue terkesan tidak begitu tulus, mereka selalu datang ke gue saat mereka bosen atau saat mereka lagi bertengkar dengan cowoknya. Kadang hidup seseorang yang lebih terlihat indah daripada hidupmu sebenarnya belum tentu seperti itu, mungkin hidup mereka lebih susah, namun mereka hanya jarang mengeluhkan hidupnya kepada semua orang.

Masa Smp ternyata merupakan masa yang cukup indah juga, masa di mana nakal nakalnya siswa, masa di mana kita merasak cinta pertama mungkin, masa di mana kita merasakan nge date bareng dengan wanita pujaan. Di mana kita merasakan punya sahabat karib maupun punya musuh bebuyutan. Dan seperti kata pepatah, suatu hal yang indah dapat berlalu dengan cepat. Dan itu yang gue rasain sekarang, tak terasa sekarang gue sudah menginjak masa SMA.

“Teng! Teng! Teng! Bunyi bel sekolah berbunyi”. Gue langsung bergegas masuk ke kelas, gue sekarang sudah bersekolah di SMA 11 Surabaya, dan dikarenakan hari ini hari pertama sekolah, gue sengaja bangun lebih pagi daripada biasanya. Mungkin aja bisa dapet temen duduk cewek cantik kan kalo datang lebih awal. Tapi begitu masuk kelas hampir semua bangku sudah terisi dan tersisa bangku yang diduduki oleh seorang cowok. Ada sih sepasang bangku yang kosong, tapi masak gue duduk sendirian, jomblo dong nanti. Terpaksa gue duduk sama cowok yang tadi aja deh. Tunggu, sepertinya ada yang aneh. Ari, sahabat SMP gue yang jomblo akut itu kan juga bersekolah dan sekelas yang sama dengan gue, kok dia belum datang yaa? Cowok serajin dan sedisplin dia mungkinkah telat masuk di hari pertama. Gue mulai menaruh kecurigaan besar di sini.

Dan yang dinanti pun akhirnya datang, Ari sukses terlambat di hari pertama sekolahnya, dan yang lebih mengejutkanya lagi dia datang dengan seorang wanita yang menurut gue sangat cantik. Ah beruntung sekali Ari itu, kalau gitu caranya gue terlambat aja datangnya tadi. Dan Ari pun dengan sukses duduk di sepasang bangku kosong tadi dengan wanita super cantik itu. Bu Rini, guru Matematika yang mengajar hari pertama pun tak masalah dengan keterlambatan Ari dan perempuan itu. Hal yang sangat aneh bukan? Ari yang merupakan cowok rajin ketika SMP datang terlambat pada hari pertama sekolahnya, dia juga datang dengan seorang wanita super cantik, ditambah lagi sepasang bangku yang kosong yang seakan akan sudah disiapkan untuk mereka berdua. Sesautu yang besar mungkin akan terjadi di balik peristiwa ini.

“Bro, bangke banget lu itu, udah telat di hari pertama, gurunya gak marah, dapet sepasang bangku kosong, bisa duduk sama cewek super cantik lagi” Ucap gue ke Ari

“ Tapi masalahnya bro, tau sendiri kan gue anaknya gimana kalo ketemu cewek cantik, apalagi ini sebangku, pingin garuk garuk tanah ini gue jadinya”. Ucap Ari, 

“ Iya juga yaa, gapapa deh coba ajak ngomong dulu ceweknya, sapa tau bisa jadian kan” Ucap gue 

Belakangan ini gue tau kalo wanita itu bernama Sinta, dia memiliki sifat yang hampir sama seperti Ali. Cantik, baik hati, lembut, terkenal. Tapi bedanya SInta ini anaknya berani tak seperti Ari yang cenderung grogian jika bertemu lawan jenis. Banyak temen kelas gue yang naksir ke Sinta, dan entah kenapa Sinta akrabnya justru sama Ari yang pemalu, hal ini mungkin karena mereka duduk satu bangku? Atau justru karena memang sudah ditakdirkan seperti iyu mungkin. Dan kecurigaan gue pun terbukti, Ari dan Sinta makin lama semakin dekat saja, lucu ya bagaimana melihat semua hal ini begitu gampang terjadi, semesta alam sepertinya sudah menakdirkan dua sejoli ini untuk saling bersama, saling melengkapi sifat pemberani yang dimiliki Sinta maupun sifat pemalu yang dimiliki oleh Ari.

Tak lama setelah itu mereka pun jadian. Akhir yang membahagiakan bukan? Tapi tunggu dulu, seperti kata pepatah. Bukankah jika sesuatu selalu berjalan dengan beruntung, pasti akan ada malapetaka yang menghampiri. Hal inilah yang terjadi anatara dua sejoli ini. Justru di awal jadian ini, petaka mulai menghampiri. Ari mulai curiga dengan Sinta karena dia mendengar kabar dari teman temanya bahwa Sinta masih berkomunikasi dan masih sayang dengan Riko, mantan pacar Sinta saat SMP. Ari juga mendengar kabar jika Sinta sudah ternodai oleh Riko, maklum saja Riko dan Sinta sudah pacaran tiga tahun lamanya, mungkin saja mereka sudah berbuat hal begitu kan? Sejak mendengar kabar yang tak jelas dari mana datangnya itu, sikap Ari mulai berubah ke Sinta, dia tak seperhatian dulu lagi ketika awal masuk SMA. Hanya dengan kabar murahan tersebut, Ari tega melupakan berbagai kenangan manis yang dilaluinya bersama Sinta. Sinta juga sudah menjelaskan bahwa kabar tersebut tak benar adanya. Tapi semua sudah terlambat, Ari sudah terpengaruh dengan ucapan tanpa bukti dari teman temananya yang sebenarnya hanya iri dengan hubungan Ari dan Sinta, oleh sebab itu mereka menyebar kabar bohong.
  
Ari akhirnya memutuskan Sinta secara sepihak. Sinta yang awalnya sangat besedih dan tak terima dengan keputusan Ari ini lama kelamaan menjadi terbiasa dan mulai  bisa melupakan Ari. Sinta berfikir, buat apa coba mencintai Ari yang tak percaya kepada dirinya, dan lebih percaya kepada perkataan teman temanya. Selain komitmen, kepercayaan juga merupakan salah satu hal terpenting yang harus dimiliki ketika kita mencintai seseorang

"Genggamlah sebuah balon dengan erat, genggamlah seerat mungkin sampai kau yakin tak akan terlepas dari tanganmu, jangan biarkan orang lain memegang atau meminjam balon itu dari tanganmu agar tidak hilang dari genggamanmu. Tapi apakah kau yakin dengan melakukan hal seperti itu balon tersebut akan tetap tergenggam erat di tanganmu? Atau justru akan semakin mudah terlepas dari tanganmu? Mungkin kau hanya perlu percaya  bahwa balon tersebut akan tetap tergenggam erat di tanganmu walaupun tak kau genggam dengan begitu erat"


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Cerita Remaja - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -